Cari Blog Ini

Kamis, 19 Maret 2015

book review novel Belenggu karya Armijn Pane

Agensi (Ikhtiar Wanita) pada Tokoh Yah (Siti Rohayah)
Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane

            Novel Belenggu yang ditulis oleh Armijn Pane pada tahun 1930an, akan tetapi baru diterbitkan pada tahun 1940 oleh Dian Rakyat. Novel ini mengalami pro dan kontra pendapat. Armijn Pane menuliskan cerita yang berbeda yaitu tidak bercerita tentang tingkah laku tokoh melainkan sisi batin tokoh. Beliau menceritakan tokoh dalam novel ini yaitu terbelenggu oleh belenggu yang tidak bisa lepas yaitu kepada masa lalu masing-masing tokoh.
            Menurut Esay yang ditulis oleh Ruzy Suliza Hashim mengenai Kajian Gender dalam Novel Malaysia, Indonesia dan Negara Brunei Darrussalam. Agensi bermaksud kuasa yang diberikan kepada wanita untuk bertindak. Tindakan ini boleh berbentuk positif atau negatif. Dalam fahaman feminisme, wanita yang beragensi mempunyai empowerment. Empowerment begini penting karena tindakan seseorang wanita itu menunjukkan bahwa dia tidak lagi tunduk dengan amalan patriarki yang meletakkan dirinya sebagai lemah.
            Novel Belenggu karya Armijn Pane menggambarkan wanita yang beragensi yaitu pada tokoh Yah. Dalam tokoh Yah ini menpunyai dua agensi yaitu agensi yang positif dan agensi yang negatif. Agensi yang positif dalam tokoh Yah (Siti Rohayah) yaitu ketika Yah mampu mengambil keputusan untuk lari dan kabur dari perkawinan yang tidak bahagia yaitu  perkawinan yang berbeda umur jauh dan Yah tidak mencintai suaminya tersebut. Yah mampu mengatasi masalah yaitu dengan berani mengambil keputusan untuk meninggalkan suaminya dan pergi ke tempat lain. Yah dapat terlepas dari belenggu masa lalunya yaitu merasakan kebebasan hatinya ketika Yah berani mengambil keputusan untuk meninggalkan suami yang tidak dicintainya. Selain itu agensi positif Yah yang digambarkan pada novel Belenggu ini yaitu Yah dapat bertahan hidupnya walaupun Yah hidup sendiri karena orang tua Yah pergi dan sudah tiada ketika Yah hendak kembali ke Bandung. Dan pada akhirnya Yah memutuskan untuk dapat menghidupi kehidupannya sendiri.

“Engkau menempuh jalan kesenangan, aku menempuh jalan berduri, melukai seluruh jiwaku.... aku dikawinkan dengan laki-laki yang tidak kusukai, barangkali tiada mengapa kata orang cinta baru timbul, kalau sudah kawin tapi lakiku itu sudah tua... dua puluh bedanya umur kami, aku dibawanya ke Palembang. Ah, apa perlunya lagi kuterangkan panjang-panjang aku kemudian lari sampai ke Betawi, pulang ke Bandung, orang tuaku sudah tiada disana, aku tiada berumah tetap, rumahku di hotel berganti-ganti, pindah dari kota satu ke kota lain.”
(Armijn Pane, 2010 : 50)

            Selain memiliki Agensi yang positif tokoh Yah dalam novel Belenggu karya Armijn Pane juga memiliki agensi yang negatif yaitu ketika Yah memiliki keinginan dan berikhtiar dalam menggoda tokoh Tono yang sudah memiliki istri. Tokoh Yah merayu dan berusaha menggoda dokter Tono karena dahulu kala Yah pernah memendam rasa suka kepada Tono. Dengan berbagai cara Yah melakukan agar Tono dapat terpikat oleh Yah. Awal mulanya Yah berbohong dengan cara berpura-pura sakit agar Tono datang untuk memeriksa keadaan Yah. Kebohongan  itu berlanjut sampai Tono sering dan terus-menerus mengunjunggi Yah untuk memeriksa keadaannya. Yah berhasil menggoda Tono, semakin hari Tono semakin tergoda oleh Yah yaitu merasa nyaman ketika mendatangi Yah. Dalam novel Belenggu ini salah satu karakter Yah melukiskan sebagai wanita yang agresif. Agensi negatif juga ditemukan dalam Tokoh Yah yaitu ketika Yah memutuskan untuk mempertahankan pilihan hidupnya menjadi seorang pelacur.

“Dingin panas, tuan dokter, tapi tidak sepanjang hari, pagi-pagi saja habis bangun.” (Armijn Pane, 2010 : 21)

“ketika tangannya hendak ditaruhnya keatas perut si sakit itu, tangan kiri si sakit yang selama ini menutupkan kimononya, menyingkapkan kimono itu. Tangan Sukartono berhenti di awang-awang, tersirap dadanya sebentar, semata-mata karena terkejut, bukan karena hawa nafsu.” H. 21
“Dalam memeriksa penyakit nyonya Eni tadi pikiran Sukartono sudah berjalan. Tidak ada penyakit yang didapatinya....”
(Armijn Pane, 2010 : 22)

“....aku tiada berumah tetap, rumahku di hotel berganti-ganti, pindah dari kota satu ke kota lain.”  (Armijn Pane, 2010 : 50)


Dari kutipan diatas bahwa tokoh Yah digambarkan juga memiliki agensi negatif yaitu berpura-pura sakit untuk berusaha merayu-rayu dr. Tono sehingga tercapai agensi negatifnya terhadap dr. Tono. Dan ketika tokoh Yah memutuskan untuk menjadi pelacur sebagai pilihan hidupnya yaitu sesuai dengan kutipan tokoh Yah rumahnya selalu berpindah-pindah dan sering menggunakan nama samaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar