Agensi
(Ikhtiar Wanita) pada Tokoh Yah (Siti Rohayah)
Dalam
Novel Belenggu Karya Armijn Pane
Novel Belenggu yang ditulis oleh Armijn Pane
pada tahun 1930an, akan tetapi baru diterbitkan pada tahun 1940 oleh Dian
Rakyat. Novel ini mengalami pro dan kontra pendapat. Armijn Pane menuliskan
cerita yang berbeda yaitu tidak bercerita tentang tingkah laku tokoh melainkan
sisi batin tokoh. Beliau menceritakan tokoh dalam novel ini yaitu terbelenggu
oleh belenggu yang tidak bisa lepas yaitu kepada masa lalu masing-masing tokoh.
Menurut
Esay yang ditulis oleh Ruzy Suliza Hashim mengenai Kajian Gender dalam Novel
Malaysia, Indonesia dan Negara Brunei Darrussalam. Agensi bermaksud kuasa yang
diberikan kepada wanita untuk bertindak. Tindakan ini boleh berbentuk positif
atau negatif. Dalam fahaman feminisme, wanita yang beragensi mempunyai empowerment. Empowerment begini penting
karena tindakan seseorang wanita itu menunjukkan bahwa dia tidak lagi tunduk
dengan amalan patriarki yang meletakkan dirinya sebagai lemah.
Novel
Belenggu karya Armijn Pane
menggambarkan wanita yang beragensi yaitu pada tokoh Yah. Dalam tokoh Yah ini menpunyai
dua agensi yaitu agensi yang positif dan agensi yang negatif. Agensi yang
positif dalam tokoh Yah (Siti Rohayah) yaitu ketika Yah mampu mengambil
keputusan untuk lari dan kabur dari perkawinan yang tidak bahagia yaitu perkawinan yang berbeda umur jauh dan Yah
tidak mencintai suaminya tersebut. Yah mampu mengatasi masalah yaitu dengan
berani mengambil keputusan untuk meninggalkan suaminya dan pergi ke tempat
lain. Yah dapat terlepas dari belenggu masa lalunya yaitu merasakan kebebasan
hatinya ketika Yah berani mengambil keputusan untuk meninggalkan suami yang
tidak dicintainya. Selain itu agensi positif Yah yang digambarkan pada novel Belenggu ini yaitu Yah dapat bertahan
hidupnya walaupun Yah hidup sendiri karena orang tua Yah pergi dan sudah tiada
ketika Yah hendak kembali ke Bandung. Dan pada akhirnya Yah memutuskan untuk
dapat menghidupi kehidupannya sendiri.
“Engkau menempuh
jalan kesenangan, aku menempuh jalan berduri, melukai seluruh jiwaku.... aku
dikawinkan dengan laki-laki yang tidak kusukai, barangkali tiada mengapa kata
orang cinta baru timbul, kalau sudah kawin tapi lakiku itu sudah tua... dua
puluh bedanya umur kami, aku dibawanya ke Palembang. Ah, apa perlunya lagi
kuterangkan panjang-panjang aku kemudian lari sampai ke Betawi, pulang ke
Bandung, orang tuaku sudah tiada disana, aku tiada berumah tetap, rumahku di
hotel berganti-ganti, pindah dari kota satu ke kota lain.”
(Armijn Pane,
2010 : 50)
Selain
memiliki Agensi yang positif tokoh Yah dalam novel Belenggu karya Armijn Pane juga memiliki agensi yang negatif yaitu
ketika Yah memiliki keinginan dan berikhtiar dalam menggoda tokoh Tono yang
sudah memiliki istri. Tokoh Yah merayu dan berusaha menggoda dokter Tono karena
dahulu kala Yah pernah memendam rasa suka kepada Tono. Dengan berbagai cara Yah
melakukan agar Tono dapat terpikat oleh Yah. Awal mulanya Yah berbohong dengan
cara berpura-pura sakit agar Tono datang untuk memeriksa keadaan Yah.
Kebohongan itu berlanjut sampai Tono
sering dan terus-menerus mengunjunggi Yah untuk memeriksa keadaannya. Yah
berhasil menggoda Tono, semakin hari Tono semakin tergoda oleh Yah yaitu merasa
nyaman ketika mendatangi Yah. Dalam novel Belenggu
ini salah satu karakter Yah melukiskan sebagai wanita yang agresif. Agensi
negatif juga ditemukan dalam Tokoh Yah yaitu ketika Yah memutuskan untuk
mempertahankan pilihan hidupnya menjadi seorang pelacur.
“Dingin panas,
tuan dokter, tapi tidak sepanjang hari, pagi-pagi saja habis bangun.” (Armijn
Pane, 2010 : 21)
“ketika
tangannya hendak ditaruhnya keatas perut si sakit itu, tangan kiri si sakit
yang selama ini menutupkan kimononya, menyingkapkan kimono itu. Tangan
Sukartono berhenti di awang-awang, tersirap dadanya sebentar, semata-mata
karena terkejut, bukan karena hawa nafsu.” H. 21
“Dalam memeriksa
penyakit nyonya Eni tadi pikiran Sukartono sudah berjalan. Tidak ada penyakit
yang didapatinya....”
(Armijn Pane,
2010 : 22)
“....aku tiada
berumah tetap, rumahku di hotel berganti-ganti, pindah dari kota satu ke kota
lain.” (Armijn Pane, 2010 : 50)
Dari kutipan diatas
bahwa tokoh Yah digambarkan juga memiliki agensi negatif yaitu berpura-pura
sakit untuk berusaha merayu-rayu dr. Tono sehingga tercapai agensi negatifnya
terhadap dr. Tono. Dan ketika tokoh Yah memutuskan untuk menjadi pelacur
sebagai pilihan hidupnya yaitu sesuai dengan kutipan tokoh Yah rumahnya selalu
berpindah-pindah dan sering menggunakan nama samaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar