Cari Blog Ini

Kamis, 30 Juli 2015

Drama

A.    Pengertian Drama
Kata drama dalam kamus besar bahasa Indonesia bermakna komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku atau dialog yang dipentaskan.[1] Kata drama dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani dramai yang semula berarti berbuat, bertindak, atau beraksi. Di Indonesia kata drama ini ada yang menyebutnya dengan istilah Tonil, sandiwara, dan ada juga yang menyebutnya dengan kata Teater.[2] Dari beberapa pengertian mengenai drama, maka dapat disimpulkan bahwa drama adalah suatu pertunjukkan yang melibatkan tokoh atau pemain drama yang melibatkan adanya tindakan, aksi, serta mimic dalam memerankan cerita diatas panggung yang biasanya isi cerita yang dipentaskan bersumber dari konfik maupun sifat manusia.

B.     Sejarah Perkembangan Drama
Sejarah perkembangan taraf awal drama di Indonesia bermula dari ritual keagamaan yang dilakukan oleh kalangan tertentu, karena sebagai kegiatan khidmat dan serius, serta bertujuan sebagai sarana mengajarkan agam. Hal ini melahirkan kesenian tradisional termasuk didalamnya adalah drama, yakni bentuk kesenian yang hidup dan berakar dalam masyarakat daerah yang memelihara suatu tradisi budaya daerah.

C. Jenis Drama
Berdasarkan bentuk dramatisnya, ada drama tragedi dan komedi.Berdasarkan bentuk sastra cakupannya, ada drama prosa dan drama puisi.Ditinjau dari kuantitas kata cakapannya, dikenal drama mini kata, pantomim, dan drama kata. Berdasarkan penonjolan unsur seninya, adadrama tablo, sendratari, dan opera, sedangkan berdasarkan media pementasannya, terdapat drama televisi, radio, drama pentas, drama baca.

D. Unsur-Unsur Intrinsik Drama
Unsur-unsur intrinsik drama adalah unsur-unsur pembangunan struktur yang ada di dalam drama itu sendiri. Unsur-unsur intrinsik drama menurut Akhmad Saliman  (1996 : 23) ada 8, yakni : Alur, amanat, bahasa, dialog, latar, petunjuk teknis, tema, tokoh.
1. Alur
Menurut Akhmah Saliman (1996 : 24) alur adalah jaringan atau rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Urutan alur terdiri atas 5 fase, yakni : perkenalan, awal masalah, menuju klimaks, klimaks, penyelesaian.
  2.  Amanat
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 67) amant adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya.
Harimurti Kridalaksana (183) berpendapat amanat merupakan keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya.
Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut. Seorang pengarang drama, sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam dramanya. Amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Setiap orang dapat saja saling berbeda pendapat dalam menafsirkan amanat yang disampaikan pengarang drama.
3.  Bahasa
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 68), bahasa yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi. Setiap penulis drama mempunyai gaya sendiri dalam mengolah kosa kata sebagai sarana untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain berkaitan dengan pemilihan kosa kata, bahasa juga berkaitan dengan pemilihan gaya bahasa. Bahasa yang dipilih pengarang untuk kemudian dipakai dalam naskah drama tulisannya pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni ragam bahasa yang dipakai dalam kehidupan kesehatian. Bahasa yang berkaitan dengan situasi lingkungan, sosial budyaa, dan pendidikan. Bahasa yang dipakai dipilih sedemikian rupa dengan tujuan untuk menghidupkan cerita drama, dan menghidupkan dialog-dialog yang terjadi di antara para tokoh ceritanya. Demi pertimbangan komunikatif ini seorang pengarang drama tidak jarang sengaja mengabaikan aturan aturan yang ada dalam tata bahasa baku.
4.  Dialog
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 98) dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog drama ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis (estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karekter tokoh cerita.
5.  Latar
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 66), latar adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat, tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang menjadi latar ceritanya.
6.  Petunjuk Teknis
Petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh seorang penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang ingin mementaskannya. Petunjuk teknis dalam naskah drama bisa berupa paparan tentang adegan demi adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar properti yang harus disiapkan.
7.  Tema
Tema menurut WJS Poerwadarminta (185 : 1040) tema adalah pokok pikiran. Mursal Esten (1990) berpendapat tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran atau sesuatu yang menjadi persoalan.
8.  Tokoh
Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh. Itulah sebebanya istilah tokoh juga disebut karakter atau watak. Istilah penokohan juga sering disamakan dengan istilah perwatakan atau karakterisasi (tidak sama dengan karakteristik) (Saliman : 1996 : 32).
Menurut Akhmad Saliman (1996 : 25 : 27) berdasarkan peranannya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yakni :
·      Antagonis, tokoh utama berprilaku jahat.
·      Protagonis, tokoh utama berprilaku baik
·      Tritagonis, tokoh yang berperanan sebagai tokoh pembantu.
Selain itu, menurut Akhmad Saliman (1996 : 27) berdasarkan fungsinya di dalam alur cerita tokoh dapat diklasifikasi menjadi 3 macam, yakni :
·      Sentral, tokoh yang berfungsi sebagai penentu gerakan alur cerita.
·      Utama, tokoh yang berfungsi sebagai pendukung tokoh antagonis atau protagonist.
·      Tokoh pembantu, tokoh yang berfungsi sebagai pelengkap penderita dalam alur cerita.
Masih berkaitan dengan tokoh ini, ada istilah yang lajim digunakan yakni penokohan dan teknik penokohan. Penokohan merujuk kepada proses penampilan tokoh yang berfungsi sebagai pembawa peran watak tokoh cerita dalam drama. Sedangkan teknik penokohan adalah teknik yang digunakan penulis naskah lakon, sutradara, atau pemain dalam penampilan atau penempatan tokoh-tokoh wataknya dalam drama.
Teknik penokohan dilakukan dalam rangka menciptakan citra tokoh cerita yang hidup dan berkarakter. Watak tokoh cerita dapat diungkapkan melalui 5 teknik di bawah ini:
·      Apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikehendaki tentang dirinya atau tentang diri orang lain.
·      Lakuan, tindakan.
·      Cakapan, ucapan, ujaran.
·      Kehendak, perasaan, pikiran.
·      Penampilan fisik.
Tokoh watak atau karakter dalam drama adalah bahan baku yang paling aktif dan dinamis sebagai penggerak alur cerita. Para tokoh dalam drama tidak hanya berfungsi sebagai
penjamin bergeraknya semua peristiwa cerita, tetapi juga berfungsi sebagai pembentuk, dan pencipta alur cerita. Tokoh demikian disebut tokoh sentra (Saliman, 1996 : 33).
Penokohan, gerak, dan cakapan adalah tiga komponen utama yang menjadi dasar terjadinya konflik (tikaian) dalam drama. Pada hakekatnya, konflik (tikaian) merupakan unsur instrinsik yang harus ada di dalam sebuah drama
Tokoh cerita dalam drama dapat diwujudkan dalam bentuk 3 dimensi, meliputi :
·      Dimensi fisiologi, yakni ciri-ciri fisik yang bersifat badani atau ragawi, seperti usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri wajah, dan ciri-ciri fisik lainnya.
·      Dimensi psikologi, yakni ciri-ciri jiwani atau rohani, seperti mentalitas, temperamen, cipta, rasa, karsa, IQ, sikap pribadi, dan tingkah laku.
·      Dimensi sosiologis, yakni ciri-ciri kehidupan sosial, seperti status sosial, pekerjaan, jabatan, jenjang pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan pribadi, sikap hidup, perilaku masyarakat, agama, ideologi, sistem kepercayaan, aktifitas sosial, aksi sosial, hobby pribadi, organisasi sosial, suku bangsa, garis keturunan, dan asal usul sosial.






[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[2] Frahma Sekarningsih dan Henry Rohayani, Pendidikan Seni Tari dan Drama,  Bandung: UPI Press, 2006, hal 105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar